Kamis, 19 Oktober 2017

Sejarah Tari Rejang Ayunan


Dulu sekitar abad XI di Desa Pupuan hanya terdiri dari 25 kepala keluarga. Desa Pupuan saat itu tidak seramai sekarang, di sekelilingnya hanya hutan belantara yang di tumbuhi pohon kayu yang besar dan tinggi, mereka bersepakat untuk menebang pohon kayu tersebut, yang mana tanahnya nanti akan dijadikan sawah dan ladang. Di dalam mereka menebang pohon kayu tersebut yang sangat besar dan tinggi, mereka mempergunakan tali atau ranting-ranting pohon untuk naik ke cabang pohon yang akan ditebang. Setelah selesai tanahnya diolah untuk di Tanami bermacam-macam tanaman seperti  padi, pohon kopi, dan buah-buahan yang hasilnya cukup mengembirakan.

Adapun rangkaian upacara sebelum piodalan di Pura Puseh Desa Bale Agung yaitu masyarakat desa mejejaitan, metanding banten upakara, mecaru, metelah-telah, mengelemeji, munggah bunga, mendak ngolemin ida betara diseluruh pura-pura di desa pupuan, mebiokaonan, kesucian /kebeji, katur sarining tetebasan, trisandya, rejang pulu,  nur ida betara, katur sarining soroan katuran Puseh Desa Bale Agung , mesandekan.

Pada hari ke-I, dilaksanakan Tari Rejang Penganyaran dudonane 3 kali, nganteb aturan karma banjar, mesandekan. Menunggu suara kentongan 3x karma desa kumpul di Jaba Pura Puseh Desa Bale Agung, untuk melaksanakan Peed. Para ibu membawa banten, sekaa truna truninya membawa pengawin dan pangkonan, untuk menyongsong Ida Betara (Pretima), diiringi dengan baleganjur dari masing-masing banjar, menuju ke pura Kayu Padi (Pura Duur Kauh), dilanjutkan upacara sampai dudonan upacara dan upakara di Pura Kayu Padi selesai.

Hari ke-II, kembali upacara dilaksanakan di Pura Puseh Desa Bale Agung dilaksanakan Rejang Ramped sebanyak 9x putaran dilanjutkan Rejang  oleh truna truni (lanang lan istri),dilanjutkan Rejang Ayunan 2x putaran laki-laki dan perempuan , dilanjutkan 1 putaran lagi untuk laki-laki melakukan rejang ayunan, setelah selesai dilaksanakan Tari Rejang Ayunan dilanjutkan dengan mesandekan, lalu malam hari nya diadakan suatu hiburan dan balih-balihan (penyuung).
Hari ke-3 dilaksanakan upacara yang terakhir, lebar karya yang merupakan mengundang Ida Sesuhunan untuk menyaksikan upacara dan langsung memohon Wara Nugraha agar semua mendapatkan kekuatan dan kebahagiaan.

Fungsi dari Tari Rejang Ayunan di Desa Pupuan

Tari Rejang Ayunan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan upacara Dewa Yadnya di Pura Puseh Desa Bale Agung. Karena tanpa tarian ini upacara dianggap kurang sempurna. Di lihat dari segi fungsinya tari tarian dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a)Tari Wali (sacral, religious dance )

Seni yang dilakukan di pura-pura dan di tempat yang ada hubungannya dengan upakara dan upacara agama yang pada umumnya tidak memakai lakon/peran.

b)Tari Bebaki ( ceremonial dance )

Segala seni tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara di pura-pura ataupun di luar pura, cerita pada umumnya memakai lakon.

c)Tari Balih-balihan ( secular dance )

Sumber:http://blog.isi-dps.ac.id

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts